Aku
belajar untuk percaya, percaya bahwa waktu akan menemukan jalan untuk
menyembuhkan luka yang terbuka, menganga meninggalkan rasa perih.
Entah, aku mencoba sebisa
yang aku bisa melakukan hal mendasar (syarat) untuk mengikuti seminar kepenulisan
esok tanggal 27 Juni 2015. Ya, Seminar Kepenulisan di Universitas Gadjah Mada
dengan pembicara “the best writer today” Tere Liye. (sosok dengan memahaman —prinsip-prinsip kebaikan— indah dalam setiap karya yang beliau tulis)
Untuk beberapa hari
setelah aku berhasil mengirimkan artikel (tema bebas) ke email yang tercantum,
hatiku gusar. Kacau! Bak kepingan kaca yang pecah di lantai. Kemana aku harus
konfirmasi? Setidaknya aku perlu kepastian aku diterima atau tidak untuk
menjadi peserta seminar? Karut-marut, ilusi dalam benakku memegang kendali.
Banyak kemungkinan yang terpikirkan, yang semakin membuat hatiku gusar.
Selingan aktivitas sehari-hari di rumah sedikit berperan untuk membantuku
memegang kendali di ‘Overthinking Zone’.
“Sebagian besar
kesedihan kita sekarang hadir karena ilusi yang kita ciptakan sendiri.”
Aku mendengar sosok
terdalam dari diriku menyadarkanku. Aku tidak bisa terus membiarkan diriku
terjebak dalam labirin overthinking, aku yang memutuskan sendiri untuk masuk
kedalam. Dan kini aku sendiri yang harus menuntun diriku untuk keluar dari
labirin buntu ini.
Ikhlas.
Aku membiarkannya
pergi. Apa-apa yang kita miliki adalah titipan dari Sang Maha Kuasa. Hatiku
gusar, tapi aku mencoba percaya. Percaya dan percaya. Allah menyimpan rahasian
indah di balik semua ini. Aku percaya ada rahasia indah saat aku diberi ijin
dari-Nya untuk mengetahui pamflet tentang acara seminar itu. Aku gusar, sangat
gusar. Tapi aku percaya. Aku percaya, semua akan indah.
Terkadang
membiarkannya pergi adalah cara terbaik untuk memahami. Karena tiada satupun
yang kita miliki adalah milik kita. Let it go~
Selang satu hari aku
mengirim artikelku, sms untuk konfirmasi mengukiti acara seminar gagal terkirim
ke nomer panita yang tercantum dalam pamflet. Aliran darahku naik turun tiada
alunan yang pasti. Aktivitas di rumah saat libur tidak ada satupun yang tuntas
aku selesaikan, berhenti ditengah. Apalagi kalau bukan ulang si ‘kurang fokus’?
Aku ada disini (Semarang) tapi pikiranku melantung-lantung entah ada dimana? Di
Solo? Bogor? Yogyakarta? Klaten? Boyolali? Korea Selatan? Australia? USA?
Entah, tiada batasan pikiran untuk berlabuh.
Sosok terdalam dari
diriku lagi-lagi menyadarkanku.
“Hei! Rizqi,
lepaskanlah! Jangan semakin erat, itu hanya akan membuatmu gusar dan
tersungkur!”
Apa maksudnya? Aku
tidak memahami apa yang sosok itu bicarakan. Terlalu dalam untuk memahaminya.
Tapi semenjak itu aku memutuskan untuk benar-benar enjoy dengan aktivitasku
sekarang.
Liburan?
Ya, tidak ada salahnya
bermain bukan? Ya, moment inilah yang terkadang merindukan saat aktivitas
sehari-hari menumpuk menghujam kewajiban untuk segera diselesaikan. Keluar dari
rutinitas, mencari semangat baru untuk kewajiban yang akan datang. Walau hanya
beberapa jam namun itu sudah banyak kali hitungan detik yang menyenangkan.
Kenapa berkumpul dengan teman dekat itu menyenangkan? Karena kita bebas
mengekspresikan diri kita tanpa beban, itu yang aku rasakan. Danke my dear
friends.
Jum’at, 26 Juni 2015
Sehari sebelum acara
seminar itu diadakan, dan sehari setelah aku bisa benar-benar ikhlas dengan
segala kemungkinan aku lolos atau tidak menjadi peserta seminar. Aku melakukan
aktivitasku di rumah seperti biasa (ada kekosongan yang menjenukan terkadang
hadir).
Ponsel yang tak
bernyawa (data internet nihil =D) itu asal aku geletakkan di meja kamar.
Tersungkur begitu saja. Baru sempat aku lihat untuk mengecek ada pesan masuk
atau tidak.
1 pesan.
Nomor tidak dikenal.
Mungkin saat ponsel meraung dengan panggilan nomer asing dihiraukan begitu
saja. Tapi tidak ada salahnya membaca pesan dari nomer asing, walau itu pesan
tentang ‘menang undian’. Hhehe
Tercengang, pesan itu
dari kak Rahma. Panitia Seminar Kepenulisan besok. Kak Rahma minta untuk segera
konfirmasi, karena aku belum terdeteksi untuk mengkonfirmasi artikel yang aku
kirim (ya benar saja, sms konfirmasiku gagal masuk beberapa hari lalu).
Alkhamdulillah,
keajaiban itu datang. Walau sesak diawal, menggusarkan hati. Percaya dan terus
percaya, semua indah pada waktunya. Jika belum indah, berarti kita perlu
belajar untuk ikhlas. Keikhlasan akan membawa kita ke muara akhir yang indah.
Sukron Ya Rabbii
Semoga bermanfaat.
Tidak mengapa mencoba
walau hanya sendiri, jangan sampai peluang menyesal karena tidak melakukan
suatu hari datang dengan gagah pada kita. Karena penyesalan selalu gagah hadir
di akhir acara. Selamat beraktivitas kawan. Semangat, salam ceria.