Begitu Bodohnya Aku, Sampai tak Menyadarinya !!!

Saat
bersama teman-temanku aku merasa senang, bukan karna apa-apa. Tapi kami paling
menghargai satu sama lain, percaya satu sama lain. Tak jarang kami saling
berbagi pengalaman, kisah hidup, impian, kesedihan, dan kebahagiaan.
Suatu
hari saat salah satu temanku menceritakan betapa bahagianya dirinya memiliki orang
yang selalu ada disisinya. Selalu ada saat dia membutuhkannya. Selalu
menguatkannya saat dia mulai terpuruk. Seseorang yang membuatnya tersenyum saat
dia merasa sedih. Seseorang yang mencintainya. *(boyfriend)
Aku
juga seorang remaja. Aku senang saat sahabatku merasa senang. Tapi aku juga tak
mengerti kenapa perasaanku seperti ini? Bagai dua sisi uang logam. Satu sisi
aku benar-benar senang saat sahabatku bahagia. Tapi disisi lain aku iri
padanya. Dan aku ingin menjadi dirinya suatu saat nanti. Tapi aku dan dia sudah
berjanji satu sama lain, untuk jadi diri sendiri. Sahabat, aku harus bagaimana?
Aku juga ingin merasakan kebahagiaan mempunyai seseorang disisiku.
Hingga
. . . . . Suatu hari aku sadar. . . .
Malam
itu malam minggu. Saat ada waktu luang aku sempatkan untuk menonton drama Korea
maupun Jepang kesukaanku. Dan tak jarang aku menonton sampai jam 2 malam, dan
hanya tidur beberapa jam. Ini aku lakukan karna aku berpikir "Besokkan
minggu! Lagipula aku pengen merefresh otakku".
Ditempat
lain, ibuku dari jam 7 (setelah sholat isya') sudah tidur. Karna kondisi
tubuhnya yang tak cukup baik.
Waktu
berjalan begitu cepat, seakan-akan lari meninggalkanku. . .
Jam
dinding dikamarku menunjukkan pukul 22.57 WIB. Di tengah kebisingan suara yang
kudengarkan dari headset aku mendengar suara pintu yang tengah dibuka. Aku
mempause drama yang tengah aku lihat. Dan ternyata memang benar, ibuku bangun
dan pergi ke kamar mandi. Tapi aku merasakan hal yang berbeda. Entah apa itu,
aku tak tahu pasti.
Akhirnya
aku putuskan untuk menyudahi semua ini dan pergi tidur. Aku menutup layar
laptopku dan beranjak tidur. "Aduh!! Aku belum mematikan lampunya!".
Tapi aku tak bisa melakukannya. Jika aku melakukan itu, ibu akan tahu kalau aku
belum tidur jam segini. Akhirnya aku membiarkan lampu itu menyala dan mulai
memejamkan mata.
Tak
lama setelah itu, aku mendengar langkah kaki di depan kamarku. Tapi, langkah
kaki itu tak lama menghilang. Dan berganti dengan suara pintu kamar ibuku yang
terbuka.
Grekkk,
suara dencitan pintu. Aku tahu, ada seseorang membuka pintu kamarku. Aku
mencoba mengintip dari celah-celah selimut. Dan . . .
Klek.
Lampu di kamarku padam.
Dalam
kesunyian air mataku mengalir. Bagaikan banjir badang yang tengah melanda kota
Jakarta. Kenapa aku sebodoh ini? Aku sudah memilikinya! Aku juga memiliki orang
yang selalu ada disampingku. Yang selalu mendukungku, memberikanku kekuatan,
bahkan dia rela mengorbankan nyawanya untukku. Dia orang yang tak akan pernah
menyakitiku apalagi menusukku dari belakang.
Ibu
maafkan aku. Maaf jika selama ini aku menghiraukan keberadaanmu. Aku sadar kau
segalanya bagiku. Dan terima kasih kau tetap selalu ada disisiku walau aku
telah menghiraukanmu. Sungguh aku tak mengerti apa jadinya kalau aku tanpamu,
ibu.
Ya
ALLAH, berikanlah ibu hamba kesehatan agar hamba bisa membahagiakannya dan
menebus dosa-dosa yang telah saya lakukan kepadanya.
by : Rizqi Anisa . L
***
Thanks for reading, semoga bermanfaat. Aku hanya berpesan "Sesuatu hal akan berharga saat hal itu mulai menghilang". Kawan, jangan sampai kita menyesal dikemudia hari. :)
Byee ^^